Search This Blog

Thursday, February 11, 2016

Membangun Rumah dengan Takwa

Judul: Membangun Rumah dengan Takwa
Judul Asli: Baitun Ussisa 'ala at-Taqwa
Penulis: DR. Aidh bin 'Abdullah al-Qarni
Penerjemah: M. Babun Ulum, S.Ag
Penerbit: Maghfirah
ISBN: 979-3962-14-3
Cetak: 2006
Tebal: 304 hlm
Bintang: 3/5


Rumah (baca: keluarga) bisa menjadi benteng akhir manusia ketika dunia terasa tak bersahabat. Benteng akhir itu akan memberikan perlindungan dan cahaya jika ketaqwaan telah mewarnai isi rumah. Membangun Rumah dengan Taqwa, berisikan kumpulan tulisan yang menyoroti pendidikan jiwa dalam keluarga. Mulai dari peran sebagai anak, muslim/ah, dan orang tua, semua dibahas dengan kasus-kasus yang terjadi di lapangan.

Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan berbuat baiklah kepada kedua orangtua. (al-Isra' [17]: 23)

Salah satu yang disoroti di awal pembahasan buku ini adalah tentang perlakuan anak kepada orangtua yang telah memasuki masa senja. Ketika raga telah dimakan usai, punggung semakin bungkuk, keriput memenuhi kulit, para orangtua pasti membutuhkan anak-anaknya, tak sekadar kebutuhan sehari-hari tapi juga perhatian. Salah satu bacaan yang membahas tuntas tentang adab anak kepada orangtua di masa senja adalah Bersahabat dengan OrangTua
 
Poin menarik dari buku ini adalah sebelum pembaca diajak mengetahui bagaimana menjadi orangtua yang menata dan membina keluarga dalam ketaqwaan, penulis membuka dulu pikiran kita pada posisi anak. Sesi awal ini menurut saya menarik, mengingatkan bahwa sebelum menjadi orangtua, kita pernah menjadi anak, dan pengalaman itu dapat menjadi bekal ketika berhadapan dengan anak.

Pembahasan membangun rumah tangga dalam ketakwaan dimulai sejak janin, mulai dari proses kelahiran, pemberian nama, menjaga hak-hak anak, pesan tauhid kepada anak, sampai pada anak yang telah memasuki masa baligh, terutama anak perempuan. Semuanya dibahas dengan berlandaskan pada Al-Qur'an dan kisah teladan dari Rasulullah Saw.

Pesan untuk Sang Anak:
Jika kamu sendirian dalam kegelapan. Sedang jiwa mengajak berbuat kejahatan. Malulah dari pandangan Tuhan dan katakan Sungguh Sang Pecipta Gelap melihatku.

Pesan di balik setiap tulisan DR. Aidh al-Qarni sangat layak disimpan dan diterapkan untuk membina keluarga yang bertaqwa, sayangnya,  menurut saya banyak penjelasan (/terjemahan) terasa kaku dan agak membingungkan untuk dicerna kepala. 
Readmore → Membangun Rumah dengan Takwa

Friday, February 5, 2016

Anakku, Jangan Sekutukan Tuhanmu!

Judul: Anakku, Jangan Sekutukan Tuhanmu! 
Penulis: Uwais Ramadhan, Lc
Penyunting Bahasa: Jumi H
Penerbit: Gema Insani Press
ISBN: 978-602-250-234-0
Cetak: Pertama, Dzulhijjah 1435 H/ Oktober 2014 M 
Tebal: 80 hlm
Bintang: 4/5
Harga:Rp. 69.000 (diskon di Toko Buku Online)


Wahai anakku, janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya, mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.

Jangan mempersekutukan Allah (Syirik) adalah salah satu pesan utama yang disampaikan Lukman Hakim kepada anaknya. Perbuatan syirik merupakan dosa yang besar dan dibenci oleh Allah. Salah satu pesan yang terekam abadi dalam Al-Qur'an melalui surat Lukman tersebut, perlu dijadikan landasan tauhid bagi anak. Bekal yang ditanamkan sejak dini, insyaaALLAH akan menancap dalam kepala dan benak manusia.

Kumpulan cerita Anakku, Jangan Sekutukan Tuhanmu! berisi kumpulan cerita dari hidup Rasulullah, para sahabat, dan orang alim terkait dengan peringatan tentang syirik dan kisah keikhlasan mereka dalam meraih ridho Allah. Cerita-ceritanya pun tidak terlalu panjang dan fokus pada pesan yang ingin disampaikan. Warna-warninya juga cerah mendukung mata anak-anak untuk memperhatikan buku.

Salah satu cerita yang saya suka, adalah Belajar Berkuda Karena Allah SWT, 

Suatu hari seorang pemimpin sekaligus ulama saleh bernama Nurudin Zanki ditegur oleh seorang ahli ibadah yang selalu berdiam diri di rumah, "Wahai sahabatku, aku tidak menyangka kau menyukai bermain bola dan menunggang kuda, padahal tindakan itu hanyalah sia-sia."  Kemudian Nurudin Zanki membalas teguran tersebut, "Aku sama sekali tidak bermaksud menyia-nyiakan waktu dan agamaku. Semua kulakukan dengan niat karena Allah SWT. Bukankah musuh selalu mengintai? Kita dapat menegakkan agama Allah jika kita dalam kondisi sehat dan terlatih. Jika kuda kita biarkan mendekam di kandang, sudah tentu dia tidak akan dapat berlari kencang di medan perang"

Selain itu, kisah Perampok dan Syekh Abdul Qadir Jailani, dan Berbuat Baik pada Ibu yang musyrik termasuk cerita yang menjadi favorit saya. Empatpuluh delapan (48) kisah penguat iman ini memiliki pesan yang tidak hanya penting untuk ditanamkan pada anak, tapi juga direnungkan oleh pembaca usia berapapun.




Sobat Cilik, akhlak yang jujur dan aqidah yang lurus akan membuat pelakunya berani berkata benar sebab tidak ada yang perlu ditakuti, kecuali Allah SWT. Semoga anak saleh seperti dirimu menjadi pribadi yang jujur dan memiliki aqidah yang lurus (Kesimpulan dalam cerita Perampok dan Syekh Abdul Qadir Jailani)

Readmore → Anakku, Jangan Sekutukan Tuhanmu!
 

Sahabat si Cilik Template by Ipietoon Cute Blog Design